METODE ILMIAH
Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses keilmuan
untuk memperoleh pengetahuan secara
sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam.
Prediksi
yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis
tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
TUJUAN KARYA ILMIAH
1. Sebagai wahana melatih
mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah
yang sistematis dan metodologis.
2. Menumbuhkan etos ilmiah di
kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan,
tetapi juga mampu menjadi produsen pemikiran & karya tulis dalam bidang
IPTEK terutama setelah penyelesaian studinya.
3. Karya ilmiah yang telah
ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara institusi
dengan masyarakat, atau orang-2 yang berminat membacanya.
4. Membuktikan potensi dan
wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan
masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh
pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
5. Melatih keterampilan dasar
untuk melakukan penelitian.
SIKAP ILMIAH
Sikap ilmiah yang dimaksud adalah
sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang peneliti. Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut
“Attitude” sedangkan istilah attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni
“Aptus” yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk melakukan
kegiatan. Triandis mendefenisikan sikap sebagai : “ An attitude ia an idea
charged with emotion which predis poses a class of actions to aparcitular class
of social situation” .
Rumusan di atas diartikan bahwa
sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan
komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek dan sikap
terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum
dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung
untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana diperhadapkan
dengan suatu masalah atau obyek.
Menurut Kartini (1989:35) bahwa “sikap merupakan
kecenderungan untuk memberi respon baik positif maupun negatif terhadap
orang-orang, benda-benda atau situasi tertentu”. Maka sikap ilmiah dapat
didefinisikan sebagai bentuk sikap positif yang biasa dikaitkan dengan
keilmuan, dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku yang bersifat keilmuan
terhadap simulus tertentu.
Menurut Baharuddin (1982:34)
mengemukakan bahwa Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan
oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan.
Dengan perkataan lain kecendrungan individu untuk bertindak atau berprilaku
dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah
ilmiah.
Menurut Reid (Gokhale dkk: 2009)
sikap adalah “a positive or negativesentiment or mental state, that is learned
and organized through experience onthe affective and conative responses of an
individual toward some other individual, object, or event”. Menurut pandangan
ini, sikap adalah keadaan mental positif atau negatif yang dipelajari dan
disusun melalui tanggapan efektif dari seseorang terhadap orang lain, atau
terhadap benda, atau terhadap kejadian.
Menurut Carin dan Sund (1980: 3)
sikap ilmiah mencakup sikap :
I.
ingin tahu
II.
kerendahan hati
III.
ragu terhadap sesuatu
IV.
tekad untuk maju, dan
V.
berpikir terbuka.
Menurut Kobala & Crawley
(Morrell dan Lederman: 76) bahwa“students’ attitudes toward science may have an
effect on students’ motivation,interest, and achievement in the sciences”.
Selanjutnya, Glick (Morrell danLederman: 76) mengatakan “students’ attitudes
toward science appear to beshape by same factor: teachers, learning
environment, self-concept, peers, and parental influence”. Dari
pandangan-pandangan di atas, maka sikap peserta didik terhadap sains dapat
berpengaruh pada motivasi, minat, dan keberhasilan peserta didik itu sendiri.
Sikap terhadap sains adalah kcenderungan pada rasa senang dan tidak senang
terhadap sains, misalnya menganggap sains sukar dipelajari, kurang menarik,
membosankan, dan sebagainya.
Sikap peserta didik terhadap
sains dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a) a.Pendidik
b) b.lingkungan
belajar
c) c.konsep
diri
d) d.teman,
dane.orang tua
Menurut Martin, dkk (2005: 17)
sikap-sikap ilmiah mencakup :
·
keinginan untuk mengetahui dan memahami
·
bertanya segala sesuatu
·
mengumpulkan data dan memberi arti berdasarkan
data tersebut
·
menuntut verifikasi
·
berpikir logis, dan
·
mempertimbangkan gagasan-gagasan
Untuk dapat melalui proses
penelitian yang baikdan hasil yang baik pula, peneliti harus memiliki
sifat-sifat berikut ini.
a. Mampu
Membedakan Fakta dan Opini
Fakta adalah suatu kenyataan yang
disertai bukti-bukti ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya,
sedangkan opini adalah pendapat pribadi dari seseorang yang tidak dapat
dibuktikan kebenarannya sehingga di dalam melakukan studi kepustakaan, seorang
peneliti hendaknya mampu membedakan antara fakta dan opini agar hasil
penelitiannya tepat dan akurat serta dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
b. Berani
dan Santun dalam Mengajukan Pertanyaan dan Argumentasi
Peneliti yang baik selalu
mengedepankan sifat rendah hati ketika berada dalam satu ruang dengan orang
lain. Begitu juga pada saat bertanya, berargumentasi, atau mempertahankan hasil
penelitiannya akan senantiasa menjunjung tinggi sopan santun dan menghindari
perdebatan secara emosi. Kepala tetap dingin, tetapi tetap berani
mempertahankan kebenaran yang diyakininya karena yakin bahwa pendapatnya sudah
dilengkapi dengan fakta yang jelas
sumbernya.
c. Mengembangkan
Keingintahuan
Peneliti yang baik senantiasa
haus menuntut ilmu, ia selalu berusaha memperluas pengetahuan dan wawasannya,
tidak ingin ketinggalan informasi di segala bidang, dan selalu berusaha
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin hari semakin canggih dan
modern.
d. Kepedulian
terhadap Lingkungan
Dalam melakukan penelitian,
peneliti yang baik senantiasa peduli terhadap lingkungannya dan selalu berusaha
agar penelitian yang dilakukannya membawa dampak yang positif bagi lingkungan
dan bukan sebaliknya, yaitu justru merusak lingkungan. Semua usaha dilakukan
untuk melestarikan lingkungan agar bermanfaat bagi generasi selanjutnya.
e. Berpendapat
secara Ilmiah dan Kritis
Pendapat seorang peneliti yang
baik selalu bersifat ilmiah dan tidak mengada-ada tanpa bukti yang dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya. Di samping itu, peneliti juga harus kritis
terhadap permasalahan yang terjadi dan berkembang di sekitarnya.
f.
Berani Mengusulkan Perbaikan atas Suatu Kondisi
dan Bertanggung Jawab terhadap Usulannya
Peneliti yang baik senantiasa
berani dan bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang harus dihadapinya jika
sudah mengusulkan sesuatu. Usulan tersebut selalu lakukannya dengan baik dan
dilaksanakan semaksimal mungkin, kemudian diwujudkannya dalam bentuk nyata
sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh orang lain.
g. Bekerja
Sama
Dalam kehidupan sehari-hari,
peneliti yang baik mampu bekerja sama dengan orang lain dan tidak individualis
atau mementingkan diri sendiri. Ia meyakini bahwa dirinya tidak dapat hidup
tanpa bantuan orang lain sehingga keberadaannya senantiasa diharapkan oleh
orang lain.
h. Jujur
terhadap Fakta
Peneliti yang baik harus jujur
terhadap fakta dan tidak boleh memanipulasi fakta demi kepentingan
penelitiannya karena penelitian yang baik harus berlandaskan pada studi
kepustakaan yang benar agar kelak jika orang lain melakukan penelitian yang sama,
didapatkan hasil yang sama pula. Apa pun fakta yang diperolehnya, ia harus
yakin bahwa itulah yang sebenarnya.
i.
Tekun
Sebuah penelitian kadang kala
memerlukan waktu yang pendekuntuk menghasilkan sebuah teori, tetapi kadang kala
memerlukan waktu yang sangat lama, bahkan bertahun-tahun. Seorang peneliti yang
baik harus tekun dalam penelitian yang dilakukannya, tidak boleh malas, mudah
jenuh, dan ceroboh, juga harus rajin, bersemangat, serta tidak mudah putus
asa.Dengan demikian, ia akan mendapatkan hasil yang memuaskan. (Ari
Sulistyorini)
Aspek-aspek Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah mengandung dua makna
(Harlen, 1989), yaitu attitude towardscience dan attitude of science. Sikap
yang pertama mengacu pada sikap terhadap sains sedangkan sikap yang kedua
mengacu pada sikap yang melekat setelah mempelajari sains. Jika seseorang
memiliki sikap tertentu, orang itu cenderung berperilaku secara konsisten pada
setiap keadaan.
Menurut Harlen sikap ilmiah dikelompokkan menjadi dua
yaitu;
I.
seperangkat sikap yang menekankan sikap tertentu
terhadap sainssebagai suatu cara memandang dunia serta dapat berguna bagi
pengembangan karir di masa datang
II.
seperangkat sikap yang jika diikuti akan membantu proses pemecahan
masalah.
Menurut Gega (Patta Bundu, 2006:
140) mengatakan aspek-aspek sikap ilmiah mencakup:
a.
sikap ingin tahu
b.
sikap penemuan
c.
sikap berpikir kritis, dan
d.
sikap teguh pendirian.
Menurut Harlen (Patta Bundu,
2006: 140) mengatakan aspek-aspek sikap ilmiah mencakup:
a.
sikap ingin tahu
b.
sikap respek terhadap data
c.
sikap refleksi kritis
d.
sikap ketekunan
e.
sikap kreatif dan penemuan
f.
sikap berpikiran terbuka
g.
sikap bekerja sama dengan orang lain
h.
sikap keinginan untuk menerima ketidak pastian
i.
sikap sensitif terhadap lingkungan
Tahapan-tahapan penulisan
Karangan Ilmiah :
1.Pemilihan Topik
Aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan topik adalah:
a.Area Topik
Area topik memuat cakupan masalah
yang akan diangkat dalam penulisan karya tulis ilmiah. Topik lebih luas
daripada judul, karena topik mencakup isi pokok dan area yang akan dibahas dan
ditulis.
b.Keterbatasan
Keterbatasan yang sering ditemui
dalam pemilihan topik, seringkali adalah keterbatasan yang disesuaikan dengan:
minat, kemampuan dilaksanakan, kemudahan dilaksanakan, kemudahan dibuat menjadi masalah yang lebih
luas, dan manfaat.
2.Pengumpulan Informasi
Prinsip-prinsip dasar yang harus
diperhatikan sehubungan dengan pengumpulan informasi adalah:
a.Evaluasi instrumen, untuk
mendapatkan data yang lebuh akurat dan konsisten. Evaluasi instrumen dilakukan
dengan uji coba pengumpulan data dengan instrumen yang telah dibuat. Hasil uji
coba akan diketahui melalui pengujian validitas dan reliabilitas.
b.Evaluasi terhadap sumber, untuk
mempertanggungjawabkan data. Penulis harus menentukan apakah data yang
diperlukan dalam menulis karya tulis ilmiah berupa data primer, sekunder atau
gabungan dari keduanya.
c.Pembuatan catatan, untuk
memudahkan pencatatan dan pencarian kembali informasi yang telah dicatat.
Catatan dapat dibuat dengan penggunaan kartu informasi, pembuatan sistem
penulisan untuk menghubungan kartu informasi dengan daftar pustaka, serta
pemilihan bentuk kutipan.
3. Survei Lapangan
Melakukan pengamatan atas obyek
yang diteliti. Menetapkan masalah dan tujuan yang akan diteliti dan dijadikan
karya ilmiah. Langkah ini merupakan titik acuan Anda dalam proses penulisan
atau penelitian
4. Menyusun Hipotesis
Menyusun dugaan-dugaan yang
menjadi penyebab dari obyek penelitian Anda. Hipotesis ini merupakan prediksi
yang ditetapkan ketika Anda mengamati obyek penelitian
5. Melaksanakan pengamatan dan
pengumpulan data
Setelah melakukan percobaan atas
obyek penelitian dengan metode yang direncanakan, maka selanjutnya Anda
melakukan pengamatan terhadap obyek percobaan yang dilakukan tersebut.
6. Menganalsis dan
menginterpretasikan data
Menganalisa dan
menginterpretasikan hasil pengamatan yang sudah dilakukan. Anda coba untuk
menginterpretasikan segala kondisi yang terjadi pada saat pengamatan. Di
langkah inilah Anda mencoba untuk meneliti dan memperkirakan apa yang terjadi
dari pengamatan dan pengumpulan data.
7. Merumuskan kesimpulan dan atau
teori
Merumuskan kesimpulan atau teori
mengenai segala hal yang terjadi selama percobaan, pengamatan, penganalisaan
dan penginterpretasian data. Langkah ini mencoba untuk menarik kesimpulan dari
semua yang didapatkan dari proses percobaan, pengamatan, penganalisaan, dan
penginterpretasian terhadap obyek penelitian
8. Penulisan Naskah
Langkah-langkah penulisan karya
tulis ilmiah terdiri atas:
a. persiapan
naskah pertama,
b. revisi
naskah,
c. persiapan
format,
d. editing
akhir, dan
e. koreksi
akhir (proof reading).
Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi ini bertujuan
untuk memeriksa kembali tulisan yang telah jadi ataupun memperbaiki berbagai
kesalahan dan kekurangan dalam karya tulis. Hal yang harus menjadi perhatian
diantaranya: isi artikel, sistematika penyajian dan bahasa yang digunakan.
Sumber: